10 Bersaudara Bintang Al-Qur’an merupakan buku yang ditulis oleh Izzatul Jannah dan Irfan Hidayatullah. Buku yang terbit pada tahun 2009 ini memiliki halaman berjumlah xiv + 150 halaman. Adapun penerbit yang menerbitkannya itu Sygma Publishing (Bandung).
Membaca judulnya saja mungkin kita bisa langsung berpikir wow. Buku yang terbit pada tahun 2009 ini adalah buku yang menuturkan kisah inspiratif dari Ibu Wirianingsih dan Pak Tamim dalam membesarkan ke-10 anaknya menjadi seorang hafidz Al-Qur’an.
Pada bagian pendahuluan, penulis menyampaikan fakta Ke-Maha-Agung-an Allah dalam menjaga kemurnian Al Qur’an sampai akhir zaman, pembagian Al Qur’an, Al Qur’an sebagai mukjizat, sejarah turunnya Al Qur’an, kodifikasi Al qur’an dan sejarah pemeliharaan kemurnian Al Qur’an. Dengan penjelasan ini, insya Allah akan semakin mengenalkan kita pada Al Qur’an, menguatkan pemahaman kita akan keutamaannya dan menumbuhkan motivasi kita untuk menjadi serta melahirkan hafidz (penjaga) Al Qur’an. Firman Allah, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya.” (QS Al Hijr (15) : 9).

Sumber: tarbawia.com
Pak Tamim dan Bu Wiwi sebenarnya bukanlah pasangan yang memiliki hafalan Al-Qur’an luar biasa. Mereka baru menghafal beberapa juz saja. Bagaimana mereka bisa mendidik putra-putrinya untuk menghafalkan Al Qur’an?
Jawabannya adalah adanya keyakinan yang kuat dan kecintaan mereka untuk kembali kepada Al Qur’an yang mendasari pasangan ini untuk membuat anak-anaknya menjadi penghafal Al Qur’an. Aktifitas dakwah dalam kehidupan perkawinan mereka juga menjadi salah satu hal yang mengilhami Pak Tamim untuk membawa keluarganya sebagai keluarga Qur’ani. Beliau ingin semua putranya menjadi para penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya cerdas secara ukhrawi, tetapi juga cerdas secara duniawi.
Pak Tamim dan bu Wiwi adalah seorang pasangan suami-istri yang kesehariannya jarang sekali di rumah mendampingi anak-anaknya yang jumlahnya sepuluh. Yang satu adalah pemimpin tertinggi salah satu organisasi Muslimah yang cabangnya meliputi 150 kota di Indonesia, sementara yang satu adalah anggota DPR-RI. Kesibukan keduanya ditambah lagi oleh kegiatan-kegiatan dakwah yang lain karena mereka berdua sama-sama aktivis dakwah. Namun demikian, di tengah kesibukan kesehariannya, mereka berdua mampu melahirkan anak-anak yang bak bintang-bintang cemerlang. Sebagian besar dari kesepuluh anaknya hafal Al-Qur’an. Lebih dari itu, anak-anak tersebut berprestasi luar biasa di dunia akademiknya.
Lantas apa kunci rahasia keluarga Pak Tamim dan Bu Wiwi dalam menyiasati kesibukan dan keluarga? Keseimbangan proses. Walaupun mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggung jawab dan konsisten satu sama lain. Jadwal ruhiyah mereka selepas maghrib adalah berinteraksi dengan Al Qur’an. Jika mereka sedang jauh dari putra-putrinya, keduanya berusaha tetap berkomunikasi dengan putra-putrinya. Menjadikan putra-putrinya seluruhnya hafal Al Qur’an adalah visi yang tertanam begitu kuat pada keluarga Pak Tamim, yang kemudian dikembangkan menjadi tahapan-tahapan misi serta rencana strategis untuk mencapainya.
Pembiasaan dan manajemen waktu juga menjadi kunci sukses cita-cita besar ini. Seperti Bu Wiwi yang secara intensif dan istiqamah mengagendakan interaksi dengan Al Qur’an bagi putra-putrinya setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib. Pak Tamim pun berusaha mengkomunikasikan tujuan pendidikan keluarganya dengan menyampaikannya secara langsung kepada putra-putrinya. Hal ini pun bisa menimbulkan efek psikologis yang positif bagi anak-anaknya. Metode pemberian hadiah yang biasa digunakan oleh para pendidik, juga diterapkan oleh Pak Tamim dan Bu Wiwi. Usaha pasangan suami istri ini sungguh luar biasa, dan hal ini pun diakui oleh anak-anaknya. Mereka sangat bersyukur dikaruniai kedua orang tua yang terus memotivasi mereka untuk menjadi hafiz-hafizah Qur’an.
Putra-putri Pak Tamim dan Bu Wiwi yang berjumlah 11 orang (7 anak laki-laki dan 4 anak perempuan, putri kesebelasnya telah meninggal dunia di usia 3 tahun) kini telah tumbuh menjadi hafiz-hafizah Qur’an dan memiliki prestasi di bidangnya masing-masing.

Sumber: tarwiyah.com
6 Comments. Leave new
Masya Allah, pgn bgt bisa kyk gt
Hahahahah Bukan cuma mbak yang pengen , aku juga lho …………..
Tapi sepertinya msih hrus nyelesaikan kuliah , baru nikah dhe ……….
Prinsip ku tiga KKN "kuliah Kerja Nikah"
baru dhe bikin rumah tangga seperti ini , hehehhehe 🙂
Subhanallah…
Semoga menjadi inspirasi buat kita
amin … semoga bgtu
oh ya blogmu bgus templatenya yah …
ternyata pengarangnya pa irfan dan bu izzah. jika ingin berjumpa mereka, hadir di acara Launching, bedah buku Sang Pemusar Gelombang ya. Di FLP jatinangor.
Nice resensi, 🙂
Ya , Mbak … tapi kejauhan … Hemmm coba di daerah jawa timur
insya allah q bisa ikutan acara bedah buku itu