Mimpi itu ada seninya. Dan, sebagai pelaku usaha mimpi jangan tanggung-tanggung. Mimpi harus tinggi. Sebab, kalau jatuh rasa sakitnya sama saja.
Dalam menggapai mimpi sebagai pelaku usaha, kita memerlukan trik tertentu agar bisa menjangkau pasar dengan tepat. Kehadiran acara Bimbingan Teknis Digital Marketing Bagi Pelaku Ekonomi Kreatif menjadi alternatif solusi untuk belajar. Acara ini di gelar di Hotel Aria Gajayana, 23 Maret 2022. Peserta yang datang tak hanya berasal dari Malang Raya, tetapi dari daerah lain di sekitar Malang.
Kabar Halal dalam Sambutan
Menurut Bu Erwita Dianti, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif, Malang bertambah mbois bahkan saat pandemi menghantam. Usaha kreatif, baik pelaku usaha frozen dan pelayan online malah meningkat. Pertumbuhan yang awalnya 2,6 % sebelum pandemi malah bertumbuh menjadi 4,9%.
Tak hanya itu, keberadaan wisata baru di Kayutangan yang menampilkan kelompok seni musik selama percobaan sejak Januari juga turut membuat daya tarik baru. Apalagi, penontonnya begitu membludak. Pertunjukan musik itu seolah menjadi ajang bernostalgia bagi Kota Malang yang pernah menjadi barometer musik di tahun 1970-an. Makanya, saat ini Malang akan berusah bangkit lagi dengan melihat potensi-potensi yang tersebar di kelurahan-kelurahan.
Di akhir sambutannya, Bu Erwita juga memberitahu bagi pelaku kuliner di Kota Malang yang belum memiliki sertifikasi halal akan dibantu dan difasilitasi. Kabar baik langsung mendapatkan sambutan hangat dari peserta.
Belajar dari Ahlinya
Usai sambutan tersebut, Mas Muhammad Hafidullah selaku narasumber langsung disilakan oleh pembawa acara untuk memaparkan materinya. Lelaki itu telah lama malang melintang di dunia digital marketing, makanya ada banyak informasi penting yang diperoleh dari Business Advisor Ruang 412. Kira-kira apa saja?
Sirkuit Mandalika: Dua Tahun yang Lalu dan Kini
Siapa yang tidak mengenal Sirkuit Mandalika? Apalagi, perbincangannya begitu menyeruak di mana-mana. Pembalap yang datang untuk bertandang ke Sirkuit Mandalika, malah terpesona dengan keindahan yang disajikan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tak berhenti sampai di situ, kehadiran Mbak Rara, Sang Pawang Hujan, juga turut menjadi perbincangan yang mendalam, bahkan di akun resmi Twitter Moto GP.
Pembangunan Sirkuit Mandalika awalnya diragukan oleh banyak pihak. Apalagi, ada anggapan begitu kontrasnya kehidupan penduduk dari bandara ke lokasi sirkuit. Selain itu, branding Lombok sebagai wisata halal telah begitu kuat. Namun, sejak ada Moto GP, branding itu bertambah. Bisa jadi branding itu bertahan lama atau hanya momentum belaka.
Perhelatan Moto GP tersebut menjadi momentum yang baik. Ada banyak star-up baru yang muncul, mulai mengurusi penginapan hingga makanan. Adapun menu makanan yang paling banyak dibeli adalah nasi padang. Sebagai masakan yang dianggap paling enak nomor 1 versi CNN Travel pada tahun 2017 ini, nasi padang memang begitu menggoda dan menjadi buah perhatian. Makanya, pemesannya saat perhelatan bisa mencapai 1500 porsi sehari.
Pelaku usaha kuliner yang memanfaatkan momentum tersebut bukan tanpa alasan. Mereka telah melakukan pembacaan data dengan melihat siapa yang akan datang. Selain itu, berani spekulasi tinggi.
Dalam era digital, kita telah tahu bahwa sesuatu perlu didesain. Sesuatu tidak bisa terjadi begitu saja. Kita harus perlu menyederhanakan pesan agar pemirsa (calon konsumen) memiliki ekspestasi yang bisa dipecahkan lewat produk kita. Sama seperti momentum perhelatan Moto GP di Sirkuit Mandalika dan nasi padang yang dijabarkan tadi.
Distruption Datang dengan Membawa Kenikmatan
Akhir-akhir ini, kita merasakan adanya triple distruption yang menimpa Indonesia. Distruption tersebut ternyata membawa kenikmatan yang tak terkira.
Pertama, digital disruption yang berhasil membawa desa menjadi lebih digital. Pun, teknologi dianggap bukan barang mewah lagi. Selain itu, terdapat kebiasaan baru berupa belanja online. Dulu, ketika naik taksi adalah barang mewah dan hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakannya. Kini, semua orang bisa merasakan hal itu dengan keberadaan Gojek, Grab, Uber, Maxima, dan armada online lainnya. Tak berhenti sampai di situ, toko yang menjajakan kebutuhan pokok juga bisa ditemukan di online, bahkan dengan harga yang relatif lebih murah.
Kedua, millennial distruption yang didominasi oleh para pelaku ekonomi kelompok millennial. Berbagai brand baru muncul dan mampu menarik banyak kalangan. Tak hanya itu, para millennial juga menjadi kekuatan banyak brand untuk membantu promosi dengan ulasan mereka. Bahkan mereka bisa mereview suatu produk tanpa membeli produk alias mereview dengan membaca review dari orang lain.
Ketiga, pandemic distruption yang memaksa orang-orang menggunakan transaksi online dan memanjakan para konsumen. Calon konsumen sebelum bertransaksi biasanya membaca review atau rating suatu produk.
Makanya, triple distruption ini memiliki kaitan erat dan dapat dimaksimalkan agar bisa mendapatkan banyak keuntungan.
Bagaimana caranya?
Bussines Model Canvas
Bussines Model canvas dapat menjadi acuan bagi para pelaku usaha untuk membenahi kerangka kerjanya dalam bentuk kanvas lukisan sehingga mudah dan dimengerti.
Untuk memahami kerangka kerja ini, ada buku bagus versi Bahasa Indonesia, seperti gambar berikut.
Perlu dipahami bahwa rekomendasi ini bukan endors, ya. Semua murni karena pengalaman membaca Mas Hafid.
Sekarang Itu Era Kolaborasi, Bukan Lagi Sendiri-Sendiri
Pasti kalian sepakat dengan subjudul di atas, ‘kan? Apalagi sudah sering lihat banyak orang yang terlibat di suatu bidang.
Cara kolaborasi tersebut dapat berlangsung tepat dengan memahami komunitas marketing. Misalnya, kita mengajak banyak orang untuk bergabung atau berkolaborasi dalam sebuah tim yang solid. Memang dari segi pendapatan bisa saja sedikit, tapi keuntungannya bisa jauh lebih panjang.
Selain itu, bisa juga mencari influencer lokal yang memiliki banyak massa sehingga mereka terpengaruhi untuk melihat atau bahkan mencoba produk yang kita tawarkan.
Contoh nyata bisa dilihat pada Jaringan Rumah Usaha di Semarang. Jaringan usaha ini awalnya fokus pada blanko undangan, tapi brand-nya banyak sekali ada sekitar 262. Blanko undangan tersebut tersebar tak hanya di dalam negeri, tetapi juga hingga mancanegara. Dampak lain dari usaha ini juga bisa dilihat dari salah satu karyawannya yang istri supir truk, kini bisa membeli truk.