Wabah Covid-19 yang menyerang dunia di tahun 2020 ini membuat sendi-sendi kehidupan terganggu. Mulai dari kehidupan sosial bermasyarakat hingga kehidupan ekonomi secara global. Tidak hanya itu, di Indonesia sendiri wabah ini menyerang penggunaan bahasa Indonesia. Akibatnya, muncul istilah asing baru yang bahkan jauh lebih akrab ketimbang padanan aslinya dalam bahasa Indonesia.
Hal ini menunjukkan kalau bahasa Indonesia harus berjuang lebih keras lagi jika ingin menunjukkan eksistensinya di negara sendiri, terlebih di tengah gempuran bahasa asing (baca: Inggris). Bahkan dalam mesin pencari Google istilah dalam bahasa asing yang lebih banyak dan berada di halaman pertama. Perjuangan yang cukup berat.
Kemunculan istilah asing itu sebenarnya bukan fenomena baru. Terlebih pada tahun 1996, Alif Danya Munsyi telah menulis buku berjudul “9 dari 10 kata Bahasa Indonesia adalah Asing”. Buku ini menjadi bukti penyelidikan tentang asal-muasal kata dalam bahasa Indonesia yang mengalami banyak persinggungan, serapan, dan akulturasi dari berbagai bahasa di dunia. Tentu bahasa yang dimaksud tidak hanya bahasa Asing, tetapi juga bahasa daerah.
Umumnya, pemilihan kosakata asing dikarenakan dua hal, yakni kebergengsian (prestise) dan ketiadaan padanan. Seseorang yang menggunakan istilah asing seringkali dipandang keren oleh masyarakat. Terlebih terkadang mitra tutur yang diajak bicara juga lebih umum mendengarkan istilah tersebut ketimbang padanan dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dipaparkan sepuluh kosakata yang selama ini sering didengar ketimbang padanannya dalam bahasa Indonesia.
1. Lockdown
Istilah lockdown ini dikenal masyarakat sejak tahun 1973. Padanan kata dalam bahasa Indonesia yakni panutupan. Kata lockdown kemudian memiliki banyak penambahan makna, sebagai situasi orang yang tidak diperbolehkan keluar masuk suatu gedung atau area secara bebas karena adanya keadaan darurat. Istilah ini dikenalkan oleh kota Wuhan yang menjadi asal muasal virus corona. Dalam bahasa Indonesia, padanan kata yang dapat dijadikan pengganti bisa penguncian, penutupan, dan pembatasan di suatu wilayah secara sementara.
Contoh: India Terapkan Lockdown Total Pertama Kali dalam Sejarah (Republika.co.id, 15 Apr 2020)
2) Local Transmission
Menurut World Health Organization (WHO), local transmission merupakan penyebaran yang bersumber di dalam suatu wilayah. Artinya virus corona tersebar secara lokal merujuk pada suatu lokasi tertentu. Oleh karena itu, ketika terduga corona memiliki tes positif akan memudahkan petugas untuk menelusuri riwayatnya sehingga diketahui apakah ada penularan atau tidak.
Contoh: Istilah teknis mengenai virus corona memang kerap kali membingungkan terlebih kasus 27 dikatakan oleh Yuri sebagai local transmission atau penularan lokal yang hingga kini belum diketahui sumber penularannya. (Detik.com, 11 Maret 2020)
3) Suspect
Suspect memiliki padanan kata terduga, diduga. Dalam pandemi istilah ini dimaknai sebagai orang yang diduga menunjukkan gejala Covid-19 dan sudah melakukan kontak dengan orang yang positif korona.
Contoh: Mengejutkan, Pengakuan Pasien Suspect Corona Saat Tes Swab, Sebut RS Kewalahan (Kompas.tv, 17 Maret 2020)
4) Rapid Test
Rapid test digunakan hampir di seluruh negara yang telah terinfeksi virus Covid-19. Istilah ini mulai muncul di Wuhan, China kemudian menyebar ke seluruh dunia. Rapid test memiliki padanan kata tes cepat yang dilakukan guna pencegahan menyebarnya virus. Dilansir dari www.ox.ac.uk (Oxford), Saintist dari University of Oxford’s Engineering Science Department and The Oxford Suzhou Centre for Advanced Research sudah melakukan pengembangan teknik baru yang menunjukkan hasil setelah 30 menit sejak spesimen diberikan. Tes cepat hanya bisa digunakan sebagai penyaringan awal, bukan hasil akhir.
Contoh: Sekitar 100 orang pedagang di Pasar Uka mengikuti rapid test massal yang diselenggarakan oleh Puskesmas Sememi, Surabaya (Kumparan, 2 Juni 2020)
5) Swab Test
Tes usap merupakan padanan kata dari swab test. Sedangkan dalam kedokteran hewan menggunakan kata usap lendir. Tes usap ini dalam kasus Covid-19 dilakukan dengan cara mengusapkan alat di sekitar tenggorokan untuk mengambil sampel lendir yang akan diuji di laboratorium.
Contoh: Jika hasil rapid test ternyata positif, maka pasien tersebut akan menjalani swab test…. (Kompas.com, 26 Maret 2020)
6) Physical Distancing
Sejak munculnya orang yang terinfeksi virus Covid-19 di Indonesia, pemerintah menggunakan istilah ini untuk mengimbau menjaga jarak pribadi dalam 1,5 hingga 2 meter. Istilah ini berasal dari WHO yang padanan kata bahasa Indonesia yaitu jarak fisik. Dilansir dari Kompas, Pemimpin Teknis Respons Covid-19, Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa menjaga jarak fisik bukan berarti memutus hubungan sosial dengan orang yang kita cintai, dari keluarga dan supaya masyarakat tetap berhubungan dengan pemanfaatan teknologi.
Contoh: WHO mengubah istilah dengan jarak fisik atau physical distancing secara sengaja karena ingin agar orang-orang tetap terhubung (Kompas, 1 April 2020)
7) Work From Home
Work From Home sudah memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yakni bekerja dari rumah. Konsep ini mengkhususkan masyarakat untuk melakukan pekerjaannya dari rumah. Sehingga jam kerja lebih fleksibel bagi karyawan dan mereka dapat menyelesaikan dengan mudah. Bekerja dari rumah juga sangat membantu untuk memberikan keseimbangan natara kehidupan rumah dan kantor. Meski sudah memiliki padanan kata, istilah yang telah disingkat menjadi WFH ini tetap lebih banyak disebut ketimbang bekerja dari rumah.
Contoh: Sejumlah perusahaan pun memberlakukan sistem Work From Home. Ini agar aktivitas bisnis dan perkantoran tetap terus berjalan (Liputan 6, 8 April 2020)
8) New Normal
New normal memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yakni kenormalan baru. Menurut Badan Bahasa Kemendikbud, istilah ini dimaknai keadaan normal yang baru atau belum pernah ada sebelumnya. Keadaan inilah yang akan menjadi kehidupan setelah pandemi menyerang negara Indonesia. Maka, kehidupan baru ini menjadi keadaan yang baru bagi masyarakat. Kata new normal lebih akrab jika dibanding menyebutkan kenormalan baru.
Contoh: Dalam waktu dekat, pemerintah bakal menerapkan tahapan atau fase new normal (Kompas, 26 Mei 2020)
9) Droplet
Semenjak persebaran Covid-19 diketahui jika penularannya dengan cara droplet. Istilah ini belum masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, padahal istilah ini telah digunakan dalam bahasa Inggris sejak tahun 1607. Sedangkan dalam kedokteran istilah ini biasa dipadankan dengan butiran ludah.
Contoh: Penularan cacar air terjadi melalui droplet (butiran ludah) di udara. (Kompas, 11 April 2020)
10) Handsanitizer
Semenjak pandemi berlangsung harga handsinitizer menjadi melonjak. Begitu pula dengan populernya istilah ini di telinga masyarakat Indonesia. Padanan kata hand sanitizer yakni pensteril tangan, pembersih tangan, atau penyanitasi tangan. Bentuknya cairan dan umumnya terbuat dari alcohol dan triklosan. Kegunaannya untuk membersihkan tangan dari kuman.
Sebenarnya kata sanitizer pada kata hand merupakan bentuk turunan dari kata sanitize yang artinya ‘membuat bersih atau steril’. Akhiran -er dalam bahasa Inggris adalah akhiran yang mengandung makna alat atau pelaku dalam bahasa Indonesia.
Dibandingkan sanitizer, pengguna bahasa Indonesia lebih mengenal kata sanitasi (usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat). Itulah sebabnya di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata sanitizer belum ada.
Contoh: Pemprov NTT juga mengingatkan pedagang agar tak menimbun masker dan hand sanitizer. (Kompas.com, 19 Maret 2020)
Selain istilah-istilah di atas, masih banyak pula istilah yang berkaitan dengan karantina dan penyakit menular. Dalam UU No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan yang disahkan Presiden tanggal 7 Agustus 2018, disebutkan bahwa karantina merupakan pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular. Beberapa istilah sudah ditemukan padanan tapi jarang digunakan, sebagian lagi belum terdapat padanan katanya.
Penggunaan istilah asing tersebut memang lebih lumrah di masyarakat. Akan tetapi, masyarakat awam banyak yang malah tidak bisa melafalkan padanan tersebut dengan tepat. Oleh karena itu, alangkah baiknya melatih masyarakat Indonesia mengucapkan padanan kosakata dalam bahasa Indonesia. Penggunaan padanan dalam bahasa Indonesia itu akan menjadi identitas sekaligus jati diri kita sebagai penutur asli. Selain itu, kita juga turut mempopulerkan padanan tersebut dari gempuran padanan kosakata asing. Pembiasaan ini juga dapat berfungsi sebagai usaha merawat bahasa Indonesia dimulai selama masa pandemi Covid-19 yang kemudian bukan tidak mungkin berlangsung untuk selamanya, kan? Hal ini dapat terjadi jika masyarakat sering-sering mengecek padanan kosakata bahasa Indonesia sebelum menggunakan padanan asing yang dipandang lebih lumrah.
****
Esai ini ditulis bersama Anggi Putri. Ia merupakan sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Ia juga pernah menjadi , anggota komite sastra Dewan Kesenian Jombang (2019-2021) ini pernah menjadi Runner Up UNSA Ambassador 2019. Karyanya dimuat di media cetak maupun online seperti Suara Merdeka, Majalah GADIS, Tribun Jateng, Malang Pos, Lampung Pos, Harian Surya, dan lain-lain.