Banyak sekali orang yang menyukai membaca. Dari kegiatan membaca itu tidak sedikit yang malah memiliki kesenangan baru; menulis. Hanya saja, ketika suka menulis tidak banyak orang yang berkesempatan menerbitkan bukunya. Beruntung Rabu (6/11) bertempat di Gramedia Malang, Yulia Retno memberikan materi kepada para peserta berkaitan dengan cara menulis buku dan menerbitkannya. Editor Senior Elex Media Komputindo ini juga mengungkap sepuluh hal mengejutkan seputar perbukuan kini.
- Sering Main ke Toko Buku
Sebelum menulis, kita harus sering main ke toko buku. Kita juga dapat menanyakan judul buku dan cover yang bagus seperti apa. Main ke toko buku membuat kita lebih mengetahui tren buku di pasaran.
Kalau misalnya saat itu yang tren tentang sampah. Kita bisa membuat tentang sampah. Hanya saja perlu diperhatikan, jangan sampai merujuk pada Wikipedia, tapi carilah buku-buku yang relevan.
Kalau mau lebih berbeda, kita bisa melakukan semacam penelitian kecil atau meninjau lapangan. Dari sana kita bisa mengetahui kondisi sampah seperti apa. Sehingga bisa memotret secara lebih nyata.
- Main ke Penerbit
Kalau sudah memiliki naskah, kita bisa datang ke penerbit yang dituju. Hanya saja kita harus siap-siap mendapatkan banyak coretan. Makanya, kita perlu memperhatikan penggunaan ejaan.
Main ke penerbit berdasarkan ungkapan senior editor ini bisa diartikan secara virtual ya. Artinya kita bisa main ke penerbit setelah naskah dikirim melalui surat elektronik. Dari sana biasanya kita akan mendapatkan evaluasi dari editor.
- Penulis itu Seorang Marketer
Setelah buku terbit, tugas penulis itu belum selesai. Ia harus membantu penjualan buku dengan menjadi seorang marketer. Makanya penerbit kadang mencari penulis yang aktif di media sosial. Nah, dari media sosial itu penulis bisa memasarkan bukunya. Jangan sampai sebagai penulis merasa menyerahkan semuanya ke penerbit untuk jangkauan buku.
- ISBN itu Gratis
ISBN itu gratis dan hanya berlaku kepada satu judul buku saja. Dalam mengajukan ISBN, penerbit itu membutuhkan halaman judul, halaman balik judul (copy right), kata pengantar dan daftar isi.
- Jalan Panjang Cover Buku
Berbicara soal cover biasanya perlu pembicaraan dengan editor dan penulis langsung. Kalau semua setuju, baru deh buku bisa dicetak. Jika salah satu tidak setuju, pasti memerlukan revisi.
- Jangkauan Buku
Ketika membuat buku jangan sampai membuat yang jangkaun pembacanya sempit. Misal hanya untuk daerah tertentu dan tidak bisa diterapkan ke daerah lain.
Sebagai ilustrasi:
Ada sebuah naskah pesanan mengenai biografi wali kota di Kota X. Naskah tersebut ada pembeli hingga 2000 eks. Biasanya penerbit itu mencetak lebih dan cetakan lebihnya itu hanya dijual di sekitar kota X saja.
- Kegunaan Survei
Survei itu dibutuhkan baik penulisan fiksi ataupun nonfiksi. Kegunaan survei itu biar tidak ada kesamaan. Banyak novel yang beredar, jangan saling tumpang tindih. Misal bahas cinta, harus ada pembeda.
Kalau novelnya terlalu sama masalahnya. Malah nanti pembacanya bosan. Karena merasa aku sudah pernah baca di novel ini dan itu. Sehingga jangkauannya menjadi rendah.
- Tugas Editor
Seorang editor tidak hanya mengedit ejaan saja, tapi juga mengedit konten. Sebab banyak banget ditemui konten yang copy paste. Kalau misal ketahuan plagiasi, editor punya catatan. Makanya kalau kirim lagi pasti ditandai bahkan bisa tidak terbaca.
Editor juga bisa mencari konsep dan mencari penulis yang tepat untuk suatu masalah. Makanya jejaring perlu, termasuk kontak dengan penerbit atau editor asal LN.
- Naskah yang Diterima EMK
Elex menerima semua naskah, tetapi perlu dievaluasi. Ketika naskah diterima nantinya akan ditawarkan untuk terbit secara elektronik atau cetak. Naskah yang diterima EMK itu tidak memiliki template khusus. Penerbit membebaskan, hanya saja ketika terbit nantinya akan diberikan layout.
Sebagai penulis harus sabar menunggu evaluasi dari editor. Tapi, jika melihat awal saja, ada perbedaan dengan buku yang lain pasti lebih menggoda untuk membaca diawal-awal dibandingkan naskah lainnya. Apabila terlalu lama menunggu evaluasi, penulis berhak menanyakan ke editor terkait.
- Royalti Ebook Lebih Menggoda
Royalti ebook itu lebih gede dibandingkan buku fisik. Buku fisik royaltinya hanya 10%, sementara ebook 50%. Selain itu, enaknya terbit secara ebook itu jangkauannya luas. Sehingga orang-orang yang tidak bisa ke toko buku bisa langsung membeli di aplikasi. Beda lagi jika buku cetak yang tidak ada jaminan akan dipajang lama. Terlebih sirkulasi buku terbit dari berbagai penerbit setiap Minggu itu begitu cepat.

Bersama Editor Elex Media Komputindo dan Lilik Fatimah Azzahra (Berkeredung, Penulis Kompasiana)
8 Comments. Leave new
Saya pengin gitu mas, bisa diterbitkan di penerbit mayor… Baca artikel ini tercerahkan.. Makasih mas, terus berkarya/
Samaaaa, Sol. Aku juga ingin segera terbit mayor.
EMK memang sedang gencar ya cari naskah terus, sampai melebar ke ranah fiksi padahal dulu buku-buku komputer saja. Soal survei jadi ingat teman bloger yang sedang melakukan penelitian untuk menulis tentang kopi di Surabaya. Konten biar kuat kudu didukung dengan riset mendalam. Asyiknya Gus ada acara begini. Kapan ya di Gramedia Lamongan? Gramedia aja ga ada di sini, wkwkwk
Sebentar lagi ada, Mas. Hehehe. Situbondo juga nggak ada kok.
wah, makasih catatan dari acaranya ya Gus, membantu sekali. Alhamdulillah udah sering ke tobuk, main ke penerbit dikit2 secara virtual. Dan, baru tau kalo ebook royaltinya 50 %, nice info.
Ya, Mbak. Sama-sama.
Makasih ya gusti..
Ini bs jadi referensiku untuk buku kedua ku nanti..
Alhamdulillah, bisa bermanfaat, Mbak.